Minggu, 02 Maret 2014

Rahim itu Jalan Membentang Sepenggal Firdaus

Bismillahirrahmanirrahim...
sebelum berpanjang lebar menuliskan omelan otak pada diriku ingin rasanya sejenak mengajakmu bernuansa khusu', mendo'akan diriku, dirimu sendiri dan setiap yang ingin kau doakan agar Allah selalu melimpahkan kesehatan untuk kita. Hanya itu saja dulu... tapi yakinlah dari situ penjabaran hasil kesehatan itu cukup panjang, panjang dan kadang rumit untuk diuraikan. nikmat sehat itu kenikmatan yang hanya ketika sakit saja sibuk disyukuri.

Shalihat... pagi ini aku berangkat membuka pintu pagi setelah meninggalkan kelamnya malam beberapa jam yang lalu. Bersyukur kembali karena mata ini masih diizinkan-Nya untuk menatapmu, menatap wanita lain yang kemayu dengan pose keibuannya, menatap wanita tangguh di tekanan rem motor bututnya memboncengi segerobak sayuran lengkap dgn gantungan plastik2 ikan basah di stang kiri kanannya tadi kulihat di pasar dekat tempat kerjaku. adalagi sosok wanita berpakaian daster pake jaket tebal yang menintin tangan putri kecilnya dan satu lagi anak laki-lakinya, kurasa dia ingin mengantarkan buah hatinya itu ke sekolah. ada lagi sosok wanita necis dengan make-up meronanya memakai gaun khas wanita karir menenteng tas branded ala parisnya, atau wanita yang wajahnya teduh menyapu koridor kantor ini, yang terkadang selalu mengajakku bercanda jika aku menemaninya mencuci piring di ruang belakang kantor ini. atau wanita-wanita lain yang tak bisa kujelaskan berlama-lama ditulisan kali ini. yang jelas pagi ini aku seperti membayangkan kondisi dimana ketika kesehatan tak menjadi milik kita hari ini.

shalihat... tadi pagi ada ibu baru selesai melahirkan di klinik sebelah, karena aku sampai di kantor masih agak pagi, jadi semua sudut dan kursi kerja masih terlihat kosong, barang kali mereka sedang otw kemari. hanya ada seorang bidan yang menolong kelahiran bayi itu. akupun ingin sekali masuk kesitu, ke ruang bersalin itu, bidannyapun cukup dekat denganku. kuhampiri dan kutanyakan apa yang bisa kubantu. ternyata dedek manisnya sudah lahir beberapa detik setelah aku membuka pintu ruang bersalin ini. merah berlumuran darah. dulunya aku takut menyaksikan hal seperti ini, tapi sekarang tidak. setelah ditimbang dan dimandikan, bayi ini di bedung dan aku meletakkannya di box bayi ruangan pasien paling depan, sementera sang ibu masih belum stabil di ruang bersalin, masih harus berbaring beberapa jam lagi untuk menetralkan tubuhnya yang lemah dan terkulai itu, tapi kau tahu shalihat? senyum wanita itu sangat merekah apalagi di jari tangan kanannya ada rengkuhan penguat tangan suaminya yang dari tadi menyuguhinya minum dan makan. Alloh, luar biasa nikmatmu, ahhhaaa tiba-tiba merembes air mataku, ya... itu tanda bahagiaku menyaksikan pelajaran pagi ini.

luar biasa... selang beberapa jam ada seorang wanita dengan usia kandungan yang kukira-kira saja lebih dari 8 bulanan. dia menghampiriku, ibu ini sangat cantik, putih dan tinggi, dia datang dengan seorang wanita yang lebih tua darinya, ternyata itu ibunya. ibu itu yang menyapaku, "bu, USGnya mulai jam berapa?"
" sebentar ya bu... saya tanyakan dokternya dulu" jawabku.
mungkin sang ibu berpikir saya tenaga medis yang tugas hari ini....
" sebentar lagi ya bu... nunggu pasien yang lain dulu baru kita mulai" tanggapku lagi
"oya bu... anak saya ini sudah dekat bulannya, dia ini bisu." jelas sang ibu menerangkan sosok wanita cantik disampingnya dengan hitungan kehamilan 8 bulan. dalam hati aku hanya bisa berkata " ya Allah"
rupanya ibu hamil yang bisu ini dari kemaren menanyakan kepada ibunya tentang bagaimana sakitnya melahirkan. ibunya hanya menenangkan putri cantiknya itu dengan alasan jitu "tenang sayang... Allah yang akan menolong jihad mulia itu"

setelah hampir jam 9. aku kembali ke meja kerjaku. menyusun jadwal amburadul dan pikiran kacau balau ini. jasadku disini.. tapi hatiku sudah entah kemana, aku hanya berharap ada lagi pelajaran hari ini yang mengembalikan hatiku kesini...Aamiin...
karena tidak nyaman, aku kembali ke klinik sebelah. ada dua orang wanita yang baru datang, satunya pake hijab satunya lagi hampir pake hijab^^.
samar-samar kudengar ternyata wanita yg hampir pake hijab itu menangis, tak kuat hanya sedikit terisak. aku mengajak mereka untuk pindah duduk di kursi sebelah ruangan.
dari banyak yang sudah diceritakan ternyata ibu yang menangis itu menderita kista. dia menyangka sebelumnya dia hamil...ya Robb.. semoga Engkau menguatkan ibu itu...Aamiin...

Akupun beranjak ke meja kerjaku dan membuka komputer... selama ini aku sudah banyak paham tentang kista ini, apalagi 4 tahun yang lalu aku seolah-olah seperti pengamat kista ini. kucari artikel baru tentang penyakit yang mengubah senyum manis ibu tadi menjadi isak tangis.

ya shalihat... mari kita perbaiki pola hidup, menjaga rahim suci titipan Allah, hanya ini harta yang luar biasa harganya untuk kita. harta yang tak terkalahkan nilainya meski di bayar dengan apapun, hanya syurga yang setimpal menghargai harta yang satu ini.
Robbi, pelihara kami dari hal yang mendzolimi diri kami sendiri, jauhkan kami dari kondisi dimana kami kadang selalu lalai menjaga nikmat-nikmat-Mu. Aamiin...

jaga dirimu shalihat... sesekali ingatkan juga aku. kelak kita wujudkan peradaban sepenggal firdaus impian itu berbekal rahim yang terjaga...
Jazakillah...


Pekanbaru, 3 Maret 2014